MODERNISASI DI BIDANG KEAGAMAAN
MODERNISASI DI BIDANG KEAGAMAAN
Pada
zaman prasejarah di mana agama belum hadir dalam kehidupan manusia, kepercayaan
terhadap animisme, dinamisme, totemisme, dan sebagainya telah melekat pada diri
masyarakat Indonesia. Setelah agama masuk ke Indonesia kepercayaan lama yang
dianut oleh mereka ternyata tidak hilang, sehingga terjadi percampuran antara
agama dan kepecayaan. Mereka menganut agama namun tetap percaya pada animisme,
dinamisme, dan sebagainya.
Modernisasi bidang keagamaan dapat diartikan sebagai perubahan kehidupan keagamaan dan kepercayaan yang mampu memegang keseimbangan antara nilai keagamaan dan kemajuan. Modernisasi keagamaan sebaiknya lebih ditekankan pada pembentukan dan pembinaan kehidupan beragama yang penuh toleransi, beriman dan bertakwa sehingga akan tercipta kehidupan masyarakat yang rukun, stabil, dan mampu menyelaraskan antara kehidupan agama dan duniawi
Modernisasi bidang keagamaan dapat diartikan sebagai perubahan kehidupan keagamaan dan kepercayaan yang mampu memegang keseimbangan antara nilai keagamaan dan kemajuan. Modernisasi keagamaan sebaiknya lebih ditekankan pada pembentukan dan pembinaan kehidupan beragama yang penuh toleransi, beriman dan bertakwa sehingga akan tercipta kehidupan masyarakat yang rukun, stabil, dan mampu menyelaraskan antara kehidupan agama dan duniawi
Gejala modernisasi dalam bidang keagamaan terjadi di antaranya karena didorong oleh meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat dan berkembangnya penggunaan media informasi dan komunikasi modern. Modernisasi dalam bidang keagamaan yang terjadi di Indonesia harus memperhatikan hal-hal berikut.
- pembinaan yang bersifat intern,
seperti pendalaman dan pengamalan ajaran agama, pembinaan hubungan
antarumat di lingkungan agama, dan sejenisnya,
- pembinaan yang bersifat
ekstern, yakni yang menyangkut hubungan antara umat beragama yang satu dan
umat beragama yang lain dan sekaligus pembinaan hubungan antara setiap
umat beragama dan pemerintah.
Gejala
modernisasi bidang keagamaan di Indonesia di antaranya adalah munculnya
berbagai perpaduan antara unsur agama dan teknologi modern. Misalnya,
berdirinya pesantren modern yang memadukan pendidikan dan agama sesuai dengan
kondisi zaman, ada dan ditemukannya kitab suci elektronik yang memudahkan para
pemeluk agama dalam membaca kitab suci, cara belajar kitab suci yang dipandu
dengan media dan teknologi, penceramah/ pendakwah/penyebar agama yang
menggunakan media untuk menyampaikan ajaran agamanya, dan masih banyak lagi.

pesantren modern yang memadukan pendidikan dan agama sesuai
dengan kondisi zaman
Permasalahan agama yang timbul
Pembangunan dan kemajuan dunia
modern menekan segi material dengan hanya memperkuat motif-motif keserakahan,
kecemburuan social, ingin menguasai sendiri, dan motif-moif yang sangat
mendahulukan kepentingan pribadi. Tradisi masyarakat sekarang dapat kita
lihat melalui layar dan berbagai media cetak serta realitas kehidupan
masyarakat, baik yang berada di kota-kota besar Negara barat yang
merupakan perwujudan puncak dunia modern maupun berbagai daerah di
Indonesia.
Merosotnya iman sebagai akibat
proses sekularisasi, hidup menjadi remah dan tidak bermakna jika tidak
bergelimang harta. Selain itu, muncul tanda-tanda kehancuran nilai dan
moral, yaitu meingkatkan hubungan seks diluar pernikahan
dengan menjamurnya tempat-tempat pelacuran, orang tua
memperkosa anaknya, meminta pertolongan kepada benda-benda gaib dan
roh-roh halus dalam rangka membantu menyelesaikan masalah hidupnya.
Seringkali
akibat tuntutan masa kini yang serba cepat dan mendadak manusia lupa akan
kewajibanya sebagai umat beragama.
Hedonisme
dan materialisme merupakan musuh besar manusia, karena keduanya menawarkan
kesenangan yang berujung kepada pelupaan makna dan kehadiran agama dalam
kehidupan manusia. Hedonisme menganggap kesenangan sebagai sebuah agama
sementara materialisme beranggapan bahwa kehidupan yang berlimpah materi
merupakan segalanya dan ujung dari materialisme adalah menafikan sesuatu yang
bersifat non-materi, yaitu Tuhan.

Gaya hidup
Hedonis
Kehidupan
modern seperti inilah yang harus ditinggalkan oleh umat Islam, karena kehidupan
seperti di atas kering secara spritual. Dengan kata lain, dalam kehidupan ini
(hedonisme dan materialisme) manusia mulai memandang dirinya sebagai pembawa
makna tertinggi dalam dunia dan ukuran bagi segalanya. Kehidupan dan kemuliaan
harkat manusiawi memudar. Akhirnya dunia kehilangan dimensi manusiawinya dan
agama kehilangan dimensi spritualnya.
Ketika
dimensi kemanusiaan dan spritualiatas hilang maka yang timbul adalah
malapetaka, tindak kejahatan dan musibah yang sering terjadi dinegeri ini boleh
jadi dikarenakan rasa kemanusiaan dan makna spritualitas agama telah hilang.
Prinsip
hidup bahwa yang kuat yang menang dan yang lemah yang kalah seakan-akan telah
menjadi rujukan yang benar dan sangat bernilai dalam hidup ini. Karenanya,
sangat wajar jika penindasan semakin meningkat.
yang terjadi didalam umat beragama islam yang sebagian besar
kurang berpedoman kepada Al-Qur’an, terutama dikalangan anak remaja.
Masalah-masalah agama yang timbul dimasyarakat. Syaikh
An-Habhani menelaah fakta perbuatan manusia dari segi apakah manusia dipaksa
untuk berbuat (Musayyar) atau diberi hak pilih (Mukhayyar). Fakta menunjukan,
ada 2 jenis perbuatan manusia, pertama: adakalanya manusia itu musayyar,
misalnya ia tidak bisa terbang dengan tubuhnya sendiri atau ia mengalami suatu
kecelakaan diluar kuasanya.
Segala perbuatannya atau fakta saat manusia berstatus
musayyar inilah yang disebut Qadha. Yang menetapkan Qadha adalah
Allah dan tidak akan dihisab tentang Qadha dari Allah itu tidak
juga perhitungan dosa dan pahala. Kedua: adakalanya manusia nukhayyar misalnya
ia makan nasi mencari nafkah dengan jalan mencuri dll. Sesuai dengan kehendak
sendiri.
Disinilah manusia dikatakan telah memanfaatkan Qadar,
yakni karakter khusus yang melekat pad segala sesuatu, misalnya ingin memiliki
harta ( hubbut tamalluk) pada naluri manusia yang menetapkan Qadar adalah
Allah, namun manusia tetap akan dihisab tentang pemanfaatan Qadar, dan ada
perhitungan dosa dan pahala. Sebenarnya kita telah terbawa oleh arus
negatif artinya kita tidak dapat mengendalikan perilaku-perilaku yang
menyimpang.
Contoh: 1). Para pemuda yang senang berjudi
2). Para pemuda yang senang merokok
3).
Para pemuda yang senang menggunakan obat-obat terlarang.
Mereka tidak menyadari bahwa
perilaku tersebut bertentangan dengan norma agama yang akhirnya
akan merusak generasi penerus dimasa yang akan datang.
Kehidupan seperti ini sangat tidak
sesuai dengan nafas Islam. Sebagai sebuah agama, Islam selalu memerintahkan
kepada umatnya untuk berbuat baik terhadap sesama dan melestarikan alam ini.
Perintah ini menunjukan bahwa tolong
menolong, saling menghargai, tidak menjadi perusak alam merupakan sesuatu yang
penting dalam kehidupan ini, sehingga akan berwujud kepada kehidupan yang aman,
damai dan sejahtera
Faktor penyebab modernisasi dalam agama
masalah-massalah
politik dan sosial, sementara agama mengurusai masalah kerohanian, moral dan
kebatinan.
Pandangan
Al-Jabiri ini tampaknya diciptakan berdasarkan pengamatannya yang mendalam
terhadap realitas objektif kebanyakan negara-negara Arab. Jadi pandangannya
didasarkan kepada nasionalisme Arab.
Ada
saja orang yang mengatakan kembali ke Islam artinya kembali ke jaman onta. Ada
juga yang mengatakan jika kembali ke Islam kita akan mundur beberapa ratus
tahun ke belakang. Seolah-olah jika kita menjalankan aturan Islam secara kaffah harus
meninggalkan semua teknologi yang kita miliki. Tentu saja pendapat tersebut
keliru.
Dilihat
dari sisi historis saja pendapat tersebut jelas kesalahannya. Sebab pada masa
yang lalu justru Islam adalah pemimpin dunia dalam urusan sains dan teknologi.

Ada
dua kemungkinan mengapa pendapat seperti seperti itu muncul. Mungkin berasal
dari keinginan melecehkan Islam. Atau mungkin timbul dari pemahaman Islam yang
kurang sempurna.
Sebagai
contoh, saya pernah mendengar cerita dari teman yang entah benar atau salah.
Katanya dahulu seorang syaikh Arab menolak alat bor minyak bumi dengan
alasan bid’ah Masuknya kebudayaan luar yang ada di Indonesia.
Kontak kebudayaan tersebut akan berpengaruh dampak positif dan negatif.
Pengaruh
positifnya adalah transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengaruh
negatifnya mereka luar negri. Dari masuknya kebudayaan luar kita harus
menyaring dan memilih sisi positifnya serta membuang sisi negatifnya.
Orang
yang sudah tidak mempunyai kesadaran lagi biasanya berbuat sesuatu tanpa
perhitungan, tidak peduli apakah pebuatannya tiu akan menghancurkan didrinya
sendiri atau tidak.
“Ketika
hati orang-orang kafir sudah dicekam kesombongan yaitu kesombongan
jahiliyah, Allah menurunkan ketenangan kepada rasul-nya dan kepada orang-orang
yang beriman. Allah mewajibkan kepada mereka keharusan bertaqwa, dan mereka itu
memang patut dan berhak memiliki ketaqwaan. Allah Maha mengetahui segala
sesuatu.” (S. Al-Fath : 26)
Salah satu
penyebab lainnya adalah:
- kecanggihan
teknologi yang sangat pesat sehingga banyak masyarakat yang melupakan kewajiban
beragamanya.
- kurang
disiplinya generasi muda dalam menjalankan kewajibanya yang berakibatkan para
pemuda selalu mengulur waktu untuk kewajibannya.
- kuatnya
arus globalisasi
- tidakada
rasa istiqomah dalam menjalankan kewajiban
- kurangnya rasa tanggung jawab dalam diri generasi muda sehingga banyak generasi muda yang saling memfitnah satu sama lain.
Para ahli sosiologi pernah
mengklasifikasikan masyarakat menjadi masyarakat yang statis dan dinamis. Masyarakat
statis merupakan masyarakat yang mengalami sedikit sekali perubahan dan
perubahan pun berjalan lambat.
Adapun masyarakat dinamis merupakan
masyarakat yang mengalami berbagai perubahan secara cepat. Oleh karena itu,
pada masa tertentu, suatu masyarakat dapat dianggap sebagai masyarakat yang
statis, sedangkan masyarakat lainnya dianggap sebagai masyarakat yang dinamis.
Segala perubahan yang terjadi tidak terlalu berarti kemajuan (progress), namun
dapat pula berarti sebagai kemunduran (regress).
Saat ini ketika teknologi komunikasi
semakin modern, teknologi komunikasi banyak mempengaruhi terjadinya perubahan.
Informasi semakin lama semakin mudah didapat dan komunikasi pun menjadi lebih
mudah dilakukan.
Penemuan-penemuan baru di bidang
teknologi yang terjadi di suatu tempat dapat dengan cepat diketahui oleh
masyarakat lain yang jauh dari tempat tersebut.
Sejumlah ahli sosiologi mengemukakan
pendapatnya tentang perubahan sosial. William F. Ogburn tidak memberikan
pengertian konkrit, apa itu perubahan sosial. Menurutnya, perubahan sosial
mencakup unsur-unsur kebudayaan, baik yang materiil maupun yang immaterial,
terutama menekankan pengaruh yang besar dari unsur-unsur kebudayaan materiil
terhadap kebudayaan immaterial.
Adapun Mac Iver lebih senang membedakan
antara utilitarian elements dan cultural elements yang didasarkan pada
kepentingan-kepentingan manusia yang primer dan sekunder. Semua kegiatan dan
ciptaan manusia dapat diklasifikasikan ke dalam kedua kategori tersebut.
Sebuah mesin ketik, alat pencetak,
komputer atau sistem keuangan merupakan utilitarian elements karena manusia
tidak menginginkan benda-benda tersebut secara langsung memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya.
Walaupun benda-benda tersebut dapat
dipakai untuk memenuhi kebutuhannya. Cultural elements merupakan ekspresi dari
jiwa yang terwujud dalam cara-cara hidup dan berfikir, pergaulan hidup, seni
kesusastraan, agama, rekreasi, dan hiburan.
2.4 Hubungan modernisasi dengan
persoalan agama yang timbul
Di Indonesia, reaktualisasi lebih
berciri mengedepankan penafsiran, menyimak dan mengkaji lembali Al-QUr’an dan
nilai-nilai yang pernah dipraktikan Rasul Muhammad SAW. Seningga
dipastikan proses modernisasi itu berjalan dengan susah dan penuh
goncangan dinamika . dinomika modernisasi itu selain berhadapan secara intern
terhadap kelompok umat islam taradisional yang memegang teguh adat
tradisional yang pernah mereka anut. Juga harus berhadapan dengan
kekuatan bangsa lain yang berusaha meredam gerakan modrnisasi itu. Disinilah
proses modernisasi di Indonesia mendapat tantangan yang sungguh-sungguh
sangat berbeda dibandingkan dengan Negara- Negara Islam lainnay yang
memperjuangkan gerakan modern.
Adapun sebab-sebab secara kongkret
mengenai timbulnya pembaruan Indonesia, antara lain:
1.
Campur aduknya hubungan kehidupan
beragam dalam islam
2.
Aktivitas misi katolik dan protestan
yang dikembangkan oleh penjajah dan missionaries pasca kemerdekaan.
3.
Keadaan politis, ekonomi, sosial,
pendidikan (Secara umum) sebagai akibat adanya keadaan Indonesia yang sangat
lama menjadi negri penjajah
Berdasarkan sebab-sebab diatas, maka
usaha untuk mengembalikan ajaran agama islam dan umatnya kepada nilai dan propasi
sebenarnya. Dan hal ini merupakan proyek modernism pasca kemerdekaan. Ada
beberapa hal harus dilakukan antara lain:
1.
Membersihkan paham Islam di Indonesia
dari segala pengaruh, tradisi budaya, dan pola pikir yang keliru.
2.
Reformasi Sistim dan ajaran-ajaran
pendidikan Islam
3.
Mempertahankan Islam dari pengaruh dan
serangan-serangan dari luar, terutama penyusupan pahan yang sangat halus namun
amat berbahaya terhadap doktrin Islam, baik ketika mau melepaskan diri
dari pengruh penjajah maupun setelah fase merdekaan.
Kemajuan teknologi terutama dalam dunia
kedokteran, seringkali ditemukan kasus-kasus pemindahan anggota badan baik dari
manusia yang sudah mati maupun yang masih hidup kepada pasien, seperti
pemindahan ginjal, tranfusi darah, jantung, rambut, dan lain-lain. Padahal
pemindahan anggota badan baik berupa pencangkokan, tranfusi, donor dan lain
sebagainya merupakan konsekuensi logis dai kemajuan teknologi dan
ilmu pengetahuan.
Proses pemindahan itu secara medis biasa
dilakukan terhadap orang yang masih hidup dan orang yang sudah mati. Yang
terjadi didalam umat beragama islam yang sebagian besar kurang berpedoman
kepada Al-Qur’an, terutama dikalangan anak remaja.
Kesadaran harus mulai terwujud bagi
manusia yang hidup pada zaman modern ini dengan menyadari betapa pentingnya
mewujudkan kehidupan yang baik dengan tidak selalu mengartikan dan memahami
modernitas dengan gaya dan standar hidup masyarakat barat dan harus diingat
bahwa setiap budaya yang muncul dalam suatu negeri memiliki pola dan corak yang
pasti berbeda dari negeri lainnya, oleh karena itu mengapresiasi budaya dalam
negeri sendiri dengan memberikan corak-corak keislaman lebih baik daripada
mengadopsi budaya yang lahir dari negeri lain (Barat) dan menjadikannya sebagai
ukuran maju atau mundurnya suatu bangsa.
Menjadi modern berarti harus mampu
mengapresiasi nilai-nilai budaya baik lama ataupun baru dan yang muncul dari
manapun dengan nilai-nilai agama atau nilai-nilai keislaman. Dengan kata lain,
modernisme yang tidak didasari dengan nilai-nilai ketuhanan akan membuat
manusia yang hidup di zaman ini menjadi mahluk yang kering secara spiritual.
Moderasi Beragama
Dalam penelitian Ronald C Wimberley dan
James A Christenson (1976) di Carolinia, 70% menyatakan mereka setuju bahwa hak
asasi manusia berasal dari Tuhan, bukan hanya diperoleh dari hukum. Kenyataan
ini menunjukkan bahwa masyarakat tersebut memiliki tingkat keberagamaan atau
keimanan yang cukup tinggi kepada Tuhan. Tetapi keimanan tersebut tidak
diekspresikan dengan identitas keagamaan yang formal.
Mereka lebih menghayati agama sebagai
nilai-nilai etik. Hal yang sama juga ditunjukan dalam upacara kenegaraan,
seperti pelantikan Presiden yang mengandung nuansa sakralitas agama. Pelantikan
tersebut seakan ingin mengungkapkan bahwa seorang kepala negara tidak semata
bertanggung jawab kepada rakyat yang telah memilihnya, melainkan juga kepada
Tuhan.
Kehidupan agama yang bersanding manis
dengan negara (modern nation-state) mencerminkan bahwa nilai-nilai agama
selaras dengan kemajuan. Terkait dengan itu, moderasi beragama yang selama
beberapa tahun belakangan gencar dilakukan oleh tokoh-tokoh agama di Indonesia,
merupakan upaya untuk lebih mempromosikan nilai-nilai agama, terutama yang
berkaitan dengan semangat berbangsa dan bernegara. Kesalahan dalam beragama
tidak semata ditunjukkan dengan tingkat kerajinan membaca al-Quran, melainkan
juga kepedulian terhadap masalah bangsa. Jika saja moderasi ini mendapat
dukungan besar dari seluruh lapisan masyarakat baik yang beragama Islam ataupun
non-Islam, maka agama akan semakin berkorelasi positif dengan kemaslahatan dan
kemajuan sebuah bangsa.
Selain itu, kecanggihan teknologi masa
kini sudah menyangkut hubungan dengan Al-Qur’an. Contohnya banyak
pemilik komputer masa kini yang sudah memiliki CD Al-Qur’an, tidak hanya bisa
menampilkan ayat-ayat Al-Qur’an tetapi juga bacaan, dan terjemahan, lengkap
dengan berbagai penafsiran para ulama yang dinukil dari berbagai kitab tafsir.
Penggunaan CD dan kaset Al-Qur’an
menjadi masalah, lantaran Al-Qur’an atau lebih tepatnya mushaf sebagaimana
diungkapkan penanya mempunyai beberapa khususiyah, atau keistimewaan yang tidak
dimiliki oleh kitab atau buku lain. Salah satunya adalah tidak boleh disentuh
dalam keadaan tidak suci.
Berdasarkan dalil akli itu yang digunakan
untuk memahmi bukti-bukti empiris, akan diperoleh keimanan kepada adanya Allah,
bahwa Al-Qur’an merupakan kalamullah, dan bahwa Muhammad SAW adalah rasul Allah
ketiga perkara inilah yang selanjutnya menjadi dasar penetapan dalil nakli
(Al-Qur’an dan As-Sunnah) untuk mengimankan perkara-pekara yang gaib seperti
adanya hari kiamat, surge, neraka, malaikat, jin, setan, dsb. Pada masa lalu,
teknologi yang dibawa Barat cukup mengagetkan umat Islam.
Pada masa kekagetan itu, umat
Islam kebingungan dalam menyaring segala sesuatu yang berasal dari Barat.
Akibatnya timbul tiga gologan. Gologan pertama melarang segala sesuatu yang
datang dari Barat karena berasal dari kaum kafir. Ada golongan yang menerima
semua yang berasal dari Barat dengan alasan agar Islam jadi maju. Ada juga yang
menyaring mana yang sesuai dengan Islam mana yang tidak.
Itu kata yang sering diungkapkan
menghadapi modernisasi yang dibawa Barat. Namun apa alat saring yang tepat bagi
umat Islam? Yang pasti bukan budaya Indonesia yang tidak jelas. Bagaimana tidak
jelas. Budaya Indonesia berbeda dari Sabang sampai Merauke. Mau budaya Aceh?
Budaya Bali? Atau malah budaya Papua? Semua budaya itu berbeda dengan
kekhasannya masing-masing. Tapi tentu saja bukan dengan budaya Arab. Bahkan
semuanya harus ditolak bila tidak lolos saringan Islam.
Banyak pihak menyudutkan Islam dengan
mengatakan Islam identk dengan keterbelakangan dan menolak modernisasi.
Pandangan ini tentu salah sebab Islam anti keterbelakangan dan kebodohan. Islam
sangat mendorong sekali jika yang disebut modern itu adalah kemajuan iptek.
Namun jika yang dimaksud akhirnya
mengkiblat/membebek kepada kebudayaan barat ini (westernisasi) adalah sebuah
kekeliruan. Sebab, saat ini banyak orang latah bahwa orang dikatakan ’modern’
jika berperilaku dan bersikap seperti orang barat. Sebaliknya, disebut kuno
jika tidak mengadopsi demokrasi dan HAM’ atau tidak bergaya hidup seperti orang
barat yaitu hedonis, permisif, materialis dan bebas (liberal). Jika modern
dimaknai sebagai pembaratan seperti ini maka Islam ’menolak’ modernisasi.
Islam melalui syariatnya bukan akan
menghentikan modernisasi (dalam arti kemajuan teknologi, sains, sarana dan
prasarana penunjang hidup), melainkan meletakkan modernisasi agar tetap dalam
kerangka pengabdian kepada Allah. Bila modernisasi diartikan sebagai
pengembangan madaniah, yakni produk-produk teknologi yang bersifat material
guna peningkatan mutu, keamanan, kenyamanan, dan kemudahan dalam kehidupan
manusia (baik dalam bidang komunikasi, transportasi, produksi, kesehatan,
pendidikan, perumahan, makanan, pakaian dan sebagainya), Islam sama sekali
tidak keberatan.
Hal itu akan diteruskan, bahkan akan
ditingkatan oleh Islam. Artinya, manusia boleh saja menggunakan semua perangkat
hasil pengembangan sains dan teknologi. Hanya saja, pola kehidupannya baik
dalam konteks kehidupan pribadi, keluarga, maupun masyarakat haruslah tetap
dalam koridor syariat.
Yang dikembangkan Islam bukanlah
modernisasi yang memurukkan derajat manusia sebagaimana kini terlihat dalam kehidupan
Barat, yang telah menghalalkan yang diharamkan Allah dan mengharamkan yang
dihalalkan-Nya. Melainkan Modernisasi yang akan memuliakan manusia
Cara
mengatasi masalah modernisasi agama Islam

Cara mengatasinya dengan cara istiqomah.
Karena, jika manusia itu memiliki iman yang kuat maka ia memiliki pendirian
yang teguh dan kecanggihan teknologi bisa dimanfaatkan dengan sebaiki-baiknya.
Jika manusia itu tidak memiliki iman yang kuat maka ia tidak memiliki pendirian
yang teguh dan mudah terjerumus. Dan kecanggihan teknologi masa kini bisa
menjadi dampak yang buruk baginya. Selain itu harus kuat iman karena dengan
kuatnya iman insya Allah kita tidak akan terbawa oleh arus negatif. Banyak
orang yang mengartikan bahwa modernisasi adalah zaman untuk bergaya, padahal
dalam pandangan islam modernisasi ialah batasan yang tidak boleh keluar dari
norma-norma Islam.
Selain cara tersebut, bisa
dilakukan dengan member dasar pendidikan keimanan. Contoh:
1.
Setelah anak lahir disunatkan azan di
telinganya, ini adalah awal dari pendidikan keimanan. Dari sejak dini
hendaknya orang tua memperkenalkan kehidupan yang bernapaskan islam
sehingga anak tidak akan asing dengan tradisidan budaya islam yang dijumpai
didalam rumahnya atau pada lingkungannya.
2.
Mengajarkan kalimah La ilaha illallah.
Riwayat dari Al-Hakim dari ibnu Abbas r.a. dari nabi SAW. Ia berkata:”Permulaan
kalimat yang harus diajarkan kepada anak-anakmu ialah kalimat La ilaaha
illallah”.
3.
Anak sejak mulai berakal hendaknya
dikenal dengan apa-apayang tidak haram dan apa-apa yang haram. Hadist
dikeluarkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Mundzir dari Ibnu Abbas ia
berkata:”lakukan ketaatan kepada Allah dan takutlah kemaksiatan kepada Allah,
printah putramu agar menjalankan printah dan menjauhkan diri dari larangan, yang
serupa itu adalah pembentengan bagi mereka dan bagi kamu dari neraka”.
4.
Memperkenalkan suasana semangat (gemar)
salat sedini mungkin, mengajarkan mulai umur tujuh tahun
5.
Sejak dini perlu dididik agar timbul
rasa cintanya kepada Rasul SAW. Kepada ahli baitnya dan suka membaca Al-
Qur’an. Hadist riwayat Thabrani dari Ali r.a. bahwa nabi saw.
Berkata:”Dididiklah anakmu atas tiga hal: Mencintai nabinya, mencintai ahli
baitnya dan membaca Al-Qur’an, bahwa Al-Qur’an itu berada dibawah naungan Arasy
Allah bersama-sama dengan para Nabi dan hambanya yang suci pada hari tidak ada
naungan kecuali hanya naungan Allah”.
6.
Para ahli pendidikan sependapat bahwa
setiap anak lahir dalam fitrah tauhid, dalam akidah iman pada Allah
dan dalam keaslian suci dan bersih, bila sejak dini mendapatkan pendidikan baik
maka akan tumbuh dengan baik.
Menjadi
muslim yang modern

Menjadi muslim yang modern dengan cara
memiliki tradisi masyarakat Islam, yaitu shalat Isya, bangun tengah malam untuk
shalat malam (sahalat tahajud/ Hajat), kemudian shalat subuh, selesai
menunaikan sahalat subuh mempersiapkan diri unut mncari nafkah, sesudah itu
shalat dhuha, selanjutnya berangkat mencari nfkah apa pun jenis pekerjaan yang
sesuai dengan nilai-nilai islam . contoh lain, yaitu seorang laki-laki
muslim tidak boleh berdua-duaan dengan wanita lain yang bukan muhrimnya,
wanita muslim tidak boleh menampakkan perhiasan / keindahan tubuhnya dan
berdandan ala dandanan “jahiliyah”.
Pandangan hidup muslim adalah sebagai
berikut:
1.
Tujuan hidupnya, yakni semata-mata
mencari ridha Allah. Pandangan ini akan membuat manusia kuat pendiriannya,
yakni tidak mudah terpengaruh oleh perubahan social yang bertentangan dengan
tujuan hidupnya
2.
Funsi hidupnya, ykni sebagai khalifah
dimuka bumi, yang diberi tanggung jawab untuk menegakkan kebenaran dan membasmi
kemungkaran.
3.
Tugas hidup, yakni melaksankan perintah
Allah da menjauhi semua larangannya.
4.
Alat hidup, yakni harta yang dicarinya
merupakan alat hidup untuk mencapai kebahagiaan duniawi dan ukhrawi, maka dalam
mencari harta, ia tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Islam sehingga
hartanya digunakan sebagai sarana Ibadah kepada Allah.
Sesungguhnya masyarakat Islam yang benar
adalah suatu masyarakat yang membela adab asusilanya yang sejati dan
tradisinya yang asli sebagaimana ia membela tanah airnya supaya tidak
diduduki musuh, membela kehormatannya supaya tidak dinodai, membeladan
melindung kekayaannya supaya tidak dirampok/ dikorupsi dan membela harga
dirinya supaya tidak dilerehkan. Sebagai masyarakat Islam, hendaknya menjauhi
dan terperdaya dengan tradisi-tradisi yang menyesatkan.
Islam mengembangkan sikap yang terpuji
dan menolak serta meluruskan sikap yang tercela. Perubahan dapat terjadi akibat
pemahaman dan penghayatan nilai-nilai Al-Qur’an, serta kemampuan memanfatkan
dan menyesuaikan diri dengan nilai-nilai dan hokum-hukum Islam. Kita mengetahui
bahwa setiap mayarakat, setiap kesatuan kebudayaan mengalami perubahan,
termasuk budaya yang dianggap paling stabil pun mengalami perubahan. Misalnya
kode etik, kode hokum dan budaya perayaan agama. Perubahan masyarakat dapat
terjadi akibat kecenderungan untuk menyimpang dari ajaran pokok Islam
sebenarnya terletak dalam diri kaum muslimin.
Bagi mereka yang hidup jauh setelah
sepeninggalan Nabi Muhammad SAW mengalami kesulitan sehingga keadaan menjadi
berubah yakni umat Islam kembali kepada kehidupan primitif/ ajaran tradisi
dipengaruhi oleh paham tradisi setempat. Setelah satu faktor utama
penyebab rusaknya kehidupan Islam adalah munculnya kesesatan ke dalam
Iman dan prajtik ajaran Islam yang dilakukan oleh para pemeluknya.
Arus globalisasi bisa menjauhkan dari
agama. Baik itu agama Islam atau agama yang lainnya. Oleh karena itu, kita
harus memiliki Salah satu ciri manusia yang modern yaitu disiplin.
Dengan adanya rasa disiplin maka
manusia itu terbiasa memanfaatkan waktu dengan sebaik- baiknya. Ciri lainya
adalah bertanggung jawab. Dengan adanya rasa tanggung jawab di dalam
masyarakat.
Maka masyarakat itu akan mempunyai rasa
tanggung jawab untuk memenuhi kewajibannya masing-masing dan berani bertanggung
jawab jika ia mempunyai salah. Dan dengan cara memiliki sifat tersebut
kita bisa menjadi muslim yang modern yang tidak ketinggalan zaman.
Posting Komentar untuk "MODERNISASI DI BIDANG KEAGAMAAN"
Posting Komentar