Joker: Folie à Deux : Sequel aneh yang sedikit mengecewakan
Joker: Folie à Deux adalah definisi solid dari siklus menanjak lalu menukik. Alih-alih tambah meroket, film yang ditunggu banyak orang ini justru malah gagal meneruskan tonggak estafet.
Endingnya aneh? Sini merapat.
Ini ulasan dan alasan kenapa filmnya sangat kurang berkesan.
Film ini merupakan kelanjutan cerita Arthur Fleck yang bertransformasi menjadi Joker di film pertama, dan berkutat pada kehidupan dia di dalam Arkham, yang setelah melalui beberapa kejadian, Ia bertemu dengan his ride or die, Harley Quinn, atau di sini Lee Quinn.
Waktu pertama di announce tentang sekuelnya, dan tiba-tiba naro Lady Gaga jadi Harley Quinn, siapa orang yang ga girang?
Tapi itu yang jadi masalah, semua orang memang penasaran tentang kiprah Joker selanjutnya, tapi gue ga inget orang-orang banyak yang minta sekuel. Dengan segala kenarsisan dan percaya diri, mereka ngerasa bisa mencetak magnum opus lainnya, untuk kemudian baru mau terbang sedikit udah setengah hangus. Yah, mampus.
Gue sejujurnya mulai sangsi ketika ada selentingan yang bilang kalau filmnya akan jadi musikal, dan ya ternyata bener filmnya jadi musikal. I mean, apakah karena ada Lady Gaga jadi dia harus nyanyi gitu? Men gua kalau mau liat Lady Gaga nyanyi tuh ke You Tube atau Spotify, ketik Poker Face. Sama kan makna lagunya? Ngarepnya A dapetnya B. Filmnya juga gitu, ngarepnya pas nonton bilang "Anjiiiiir", taunya malah "anjir lah".
Beda kan intonasi bacanya?.
Orang pengen liat Lady Gaga akting maksimal jadi Harley Quinn, tapi dia malah dikasih part terburuk Harley, part dimana dia obsessed sama Joker. Harley di sini bener-bener cuma jadi babu Joker buat gelarin karpet, ngebangkitin persona Joker yang seolah kependam. Men, Harley Quinn are so many things rather than just an obsessed maniac. Belum lagi personal trait Harley yang ga ditemuin di sosok Lee nya Lady Gaga ini.
Makanya dari sini gue akan bilang, jangan bandingin Lady Gaga sama Margot Robbie buat penggambaran karakter Harley Quinn ya, karena apple and oranges.
Lanjut, sebenernya ya sah-sah aja mau bikin ini jadi musikal, tapi ya anjir, gue jadi beberapa kali mastiin, "INI WB GA DIAKUISISI DISNEY KAN?", like, anjir dikit-dikit nyanyi. Mau nyaingin Kuch Kuch Hota Hei apa gimana? Gue jadi ngerasa bahwa filmnya tuh bingung mau diapain karena keberangkatan bayang-bayang kesuksesan film pertamanya yang dianggap "beda".
Mungkin obrolan yang disampaikan ketika tahap brainstorming ya "udah kita bikin lebih beda aja". Tapi ya, beda kan ga selalu berarti bagus juga ya. Gue ngerasa filmnya kaya ilang arah dan juntrungan.
Tajuk Folie à Deux yang berarti gangguan mental yang menular seolah mau ditularin juga ke penonton.
Pada akhirnya memang pernah ada statement kalau Joker versi ini sama sekali ga ngikutin/ada sangkut pautnya sama komik, tapi agak disayangkan karakter besar tapi terasa underwritten dan kurang dikembangin.
Tapi ya tentunya ada hal lain yang menyelamatkan film ini, apalagi kalau bukan performa Joaquin Phoenix, dan juga visualisasi yang keren. Dang, mad pictures! Bagus banget gambarnya asli. Sangat amusing, apalagi scene lipstick. Haduuu.
Oiya gue punya 1 teori untuk ending dari Joker ini dimana Arthur Fleck not The Joker since the beginning. Pada sesi statement penutup pun Arthur mengakui hal tersebut, dan ada hal paling signifikan yang bikin gue yakin dia bukan Joker, yaitu ketika dia begging ke Harley/Lee siapapun lah menurut kelen.
Joker ga pernah beg ke Harley dengan konteks vulnerable, tapi untuk manipulate sering, dan di film ini gue ngerasa Arthur inferior ke Harley dan terjebak sama perasaannya sendiri, dan karena itu Harley pergi karena yang dia cari itu Joker, bukan Arthur.
Akhirnya di ending kita dikejutkan dengan adegan Arthur ditikam sampai mati sama salah seorang tahanan di sana setelah Ia mencoba memberikan jokes kepada Arthur. Orang yang nikam Arthur ini sempat dapet beberapa shot yang seolah ngasih hint kalau dia ini akan punya peran lumayan penting.
Namun bukan matinya Arthur yang menjadi twist, melainkan bentuk muka dan suara tawa dari orang yang menikam Arthur.
Kalau kita lihat dengan jeli, dia membentuk "Glasgow Smiles" di wajahnya dan suara ketawanya bener-bener mirip sama Joker(versi Heath Ledger?)yang harus kita sadar, dari awal karakternya keluar, Joker ini ga pernah punya identitas yang pasti, dimana bahkan Batman pun ga tau siapa dia.
Gimana kalau ternyata, ya Arthur ini emang bukan Joker, ya dia yang mempopulerkan persona itu, tapi ya pada akhirnya Joker itu bisa siapa aja. Joker adalah persona yang membawa kekacauan dan kegilaan, dan dia ga punya perasaan, sedangkan Arthur masih punya perasaan.
Gue makin kuat ngerasa kalau persona Joker ini "diwarisin" ke orang yang nikam dia karena pas Arthur lagi ditikam, lirik lagu yang dia nyanyiin ada part yang bilang "I want to have a son", tentunya bukan son dalam arti harfiah ya, tapi mungkin ini artinya somehow dia pass the torch as The Joker, selain itu karakter inmate yang diperankan sama Jacob Lofland ini ga jelas identitasnya, sangat cocok buat jadi The Clown Prince of Crime.
Posting Komentar untuk "Joker: Folie à Deux : Sequel aneh yang sedikit mengecewakan"
Posting Komentar